Kabupaten Sikka Jadi Lokus Strategi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan Berbasis Riset Kolaboratif

Maumere, 9 September
2025 — Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Badan Perencanaan Pembangunan,
Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida), bersama dengan The Australian National
University (ANU), Universitas Indonesia, Universitas Budi Luhur, Universitas
Nusa Nipa, AKATIGA, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),
menggelar Forum Multi-Pemangku Kepentingan untuk Penentuan Strategi
Adaptasi Perubahan Iklim. Forum ini diselenggarakan sebagai bagian dari
dukungan terhadap penelitian berjudul "Mengembangkan Pendekatan
Terpadu untuk Adaptasi Perubahan Iklim, Ketahanan Pangan, dan Kehutanan Sosial
di Komunitas Rentan dan Adat di Indonesia Timur", yang didanai oleh
DFAT Australia melalui program Koneksi Partnership Project. Rapat
dibuka oleh Kepala Bapperida Kabupaten Sikka Ibu Margaretha M. Da Maga Bapa, S.T,
M. Eng., dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan yaitu unsur pemerintah
daerah, akademisi serta BPS. Dalam sambutannya, Ibu Femmy Bapa menegaskan bahwa
sector pertanian dan perikanan merupakan tulang punggung ekonomi daerah serta
mendukung ketercapaian konsumsi pangan di Kabupaten Sikka. Namun sampai saat
ini, kedua sector tersebut masih menghadapi berbagai tantangan.
Forum sinergitas ini
diawali dengan pemaparan hasil awal penelitian oleh Fasilitator George Hormat
dari Perkumpulan PIKUL Kupang yang menyoroti dua isu utama, yakni ketahanan
pangan dan pengaruh kebijakan perubahan iklim terhadap perilaku masyarakat. Penelitian
ini mengkaji keterkaitan antara agroforestri, perhutanan sosial, dan adaptasi
perubahan iklim, dengan fokus pada komunitas rentan di kawasan perhutanan
sosial Nusa Tenggara Timur, termasuk Kabupaten Sikka. Tujuannya adalah untuk
menganalisis faktor penyebab ketidakamanan mata pencaharian, ketahanan
komunitas, serta efektivitas intervensi yang telah dilakukan. Selain itu,
penelitian ini juga menilai sejauh mana kebijakan yang ada mendukung upaya
adaptasi dan ketahanan pangan. Hasil analisis ini diharapkan mendorong
terciptanya inklusi sosial yang lebih kuat melalui peningkatan akses terhadap
sumber daya dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Forum dilanjutkan
dengan pemaparan hasil oleh masing-masing peneliti yang diawali oleh paparan Prof.
John McCarthy. Menurut Prof. Jhon, pendekatan agroekologi merupakan pendekatan
terpenting sebagai respons terhadap ketidakpastian iklim di Flores, karena
mampu menggabungkan pengetahuan lokal dengan sains dan teknologi untuk
meningkatkan produksi pangan dan menjaga ekosistem. Selanjutnya, .Prof.
Prudensius Maring menyoroti transformasi praktik masyarakat dari ladang ke
kebun dalam sistem agroforestri, serta perlunya regulasi yang mendukung
legalitas pengelolaan lahan di kawasan hutan. Paparan diakhiri dengan temuan
Charina Chazalu dari AKATIGA tentang pentingnya memahami reproduksi sosial
dalam ketahanan pangan, terutama beban berlapis yang dihadapi perempuan,
seperti keterbatasan pangan, utang, dan tanggung jawab sosial, yang menyebabkan
kemiskinan waktu dan melemahkan daya tahan terhadap dampak perubahan iklim.
Diskusi dalam forum ini menghasilkan berbagai masukan strategis, antara lain optimalisasi agroforestri untuk ketahanan pangan, penguatan peran perempuan dalam adaptasi perubahan iklim, diseminasi hasil riset di lingkungan kampus dan sekolah, pendampingan petani terkait pupuk dan hama, diversifikasi tanaman kebun, pelestarian pangan lokal, reformasi koperasi dan pengelolaan dana desa, serta penguatan kebijakan perlindungan bagi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. Forum ini menjadi langkah awal penting dalam mendorong kolaborasi lintas sektor untuk merumuskan strategi adaptasi perubahan iklim yang berbasis data, pengetahuan lokal, dan keadilan sosial. Menutup kegiatan, Kepala Bapperida menyampaikan apresiasi atas partisipasi seluruh pemangku kepentingan dan berharap hasil forum ini menjadi dasar kebijakan pembangunan yang lebih inklusif di Kabupaten Sikka.
Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam
- 10 September 2025
- bidangpsda
- Bapelitbang